Ananda Donie |
anandadonie.blogspot.com - Mendengar kata radiasi, hampir semua orang bereaksi ketakutan mengingat efeknya yang berbahaya bagi tubuh. Namun, kekhawatiran serupa tidak perlu dialamatkan kepada iradiasi pangan.
Iradiasi pangan merupakan teknik pengolahan pangan agar lebih tahan lama dengan cara membunuh mikroba yang membuat makanan cepat rusak. Proses tersebut dilakukan dengan menyinari produk pangan dengan sinar gamma.
"Proses tersebut dimaksudkan untuk merusak DNA mikroba. Keunggulannya bahan pangan tidak akan rusak, baik rasa atau nilai gizinya," kata Zubaidah Irawati, peneliti utama Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), BATAN, ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/11/12).
Prose iradiasi pangan yang dilakukan di PATIR BATAN menggunakan cobalt-60. Penelitian untuk itu sudah dilakukan sejak tahun 1968.
Zubaidah menjelaskan, iradiasi pangan sudah diterapkan secara luas dalam berbagai produk pangan. "Iradiasi pangan pada awalnya dipakai untuk mensterilkan makanan para astronot yang akan dibawa ke luar angkasa," katanya.
Perkembangan teknologi iradiasi pangan ini membuat variasi makanan yang bisa disterilkan pun berkembang luas, mulai dari buah-buahan, ikan, pepes, hingga rendang daging.
Dibandingkan dengan teknik pemanasan yang bisa merusak zat gizi di dalamnya, keunggulan teknik iradiasi terjaganya kesegaran rasa dan gizi makanan meski tanpa bahan pengawet.
Proses penyinaran sinar gamma itu menggunakan dosis lebih dari 10 kilogrey (kGy). Codex Alimentarius Commission tahun 2003 sudah menyatakan iradiasi pada bahan pangan di atas dosis 10 kGy dibolehkan, termasuk BPOM RI.
Dalam penelitian yang dilakukan Zubaidah, ia mengombinasikan radiasi dengan dosis 45 kGy dengan suhu rendah karena ada beberapa bakteri yang bisa bertahan hidup meski sudah disinari dengan dosis 10 kGy.
Dengan metode tersebut, bahan makanan bisa awet sampai lebih dari satu tahun di suhu ruangan. "Tetapi bahan pengemasnya harus khusus," katanya.
Bahan pengemas tersebut diakui Zubaidah masih agak mahal. "Tetapi kalau sudah dipakai dalam skala industri harganya mungkin bisa ditekan," imbuhnya.
"Proses tersebut dimaksudkan untuk merusak DNA mikroba. Keunggulannya bahan pangan tidak akan rusak, baik rasa atau nilai gizinya," kata Zubaidah Irawati, peneliti utama Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), BATAN, ketika dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/11/12).
Prose iradiasi pangan yang dilakukan di PATIR BATAN menggunakan cobalt-60. Penelitian untuk itu sudah dilakukan sejak tahun 1968.
Zubaidah menjelaskan, iradiasi pangan sudah diterapkan secara luas dalam berbagai produk pangan. "Iradiasi pangan pada awalnya dipakai untuk mensterilkan makanan para astronot yang akan dibawa ke luar angkasa," katanya.
Perkembangan teknologi iradiasi pangan ini membuat variasi makanan yang bisa disterilkan pun berkembang luas, mulai dari buah-buahan, ikan, pepes, hingga rendang daging.
Dibandingkan dengan teknik pemanasan yang bisa merusak zat gizi di dalamnya, keunggulan teknik iradiasi terjaganya kesegaran rasa dan gizi makanan meski tanpa bahan pengawet.
Proses penyinaran sinar gamma itu menggunakan dosis lebih dari 10 kilogrey (kGy). Codex Alimentarius Commission tahun 2003 sudah menyatakan iradiasi pada bahan pangan di atas dosis 10 kGy dibolehkan, termasuk BPOM RI.
Dalam penelitian yang dilakukan Zubaidah, ia mengombinasikan radiasi dengan dosis 45 kGy dengan suhu rendah karena ada beberapa bakteri yang bisa bertahan hidup meski sudah disinari dengan dosis 10 kGy.
Dengan metode tersebut, bahan makanan bisa awet sampai lebih dari satu tahun di suhu ruangan. "Tetapi bahan pengemasnya harus khusus," katanya.
Bahan pengemas tersebut diakui Zubaidah masih agak mahal. "Tetapi kalau sudah dipakai dalam skala industri harganya mungkin bisa ditekan," imbuhnya.
Aman
Kendati sudah diterapkan di banyak negara, sayangnya teknik iradiasi pangan di tanah air belum banyak dikenal. Hal tersebut antara lain karena kecemasan berlebihan masyarakat pada radiasi nuklir.
Zubaidah mengatakan sterilisasi dengan teknik iradiasi sebenarnya secara luas sudah dipakai untuk mensterilkan alat-alat medis. Sementara untuk bahan pangan sejak tahun 1995 sudah dimulai di Indonesia. "Kita punya satu alat iradiasi komersil di Cibitung," imbuhnya.
Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, setiap bahan baku pangan yang diimport mensyaratkan sudah disterilisasi dengan teknik iradiasi.
Berbagai penelitian juga membuktikkan keamanan produk pangan yang diiradiasi. Teknik radiasi juga tidak meninggalkan residu radioaktif. "Ibaratnya kita memasak dengan api, kan tidak ada api di dalam makanannya, teknik ini pun sama," kata Zubaidah
Kendati sudah diterapkan di banyak negara, sayangnya teknik iradiasi pangan di tanah air belum banyak dikenal. Hal tersebut antara lain karena kecemasan berlebihan masyarakat pada radiasi nuklir.
Zubaidah mengatakan sterilisasi dengan teknik iradiasi sebenarnya secara luas sudah dipakai untuk mensterilkan alat-alat medis. Sementara untuk bahan pangan sejak tahun 1995 sudah dimulai di Indonesia. "Kita punya satu alat iradiasi komersil di Cibitung," imbuhnya.
Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, setiap bahan baku pangan yang diimport mensyaratkan sudah disterilisasi dengan teknik iradiasi.
Berbagai penelitian juga membuktikkan keamanan produk pangan yang diiradiasi. Teknik radiasi juga tidak meninggalkan residu radioaktif. "Ibaratnya kita memasak dengan api, kan tidak ada api di dalam makanannya, teknik ini pun sama," kata Zubaidah
Imunitas
Penelitian yang dilakukan Zubaidah kepada pasien dengan daya tahan tubuh rendah seperti pasien HIV, hepatitis, atau pasien kanker yang menjalani kemoterapi, membuktikan makanan yang disterilkan dengan teknik iradiasi pangan akan meningkatkan status nutrisi pasien.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap 45 pasien dengan dikontrol oleh tim dokter. "Setelah 21 hari hanya mengonsumsi makanan sterilisasi itu, diketahui penurunan kadar albumin pasien lebih lambat. Juga nilai SGOT dan SGPT-nya baik," katanya.
Peningkatan status nutrisi pasien pada akhirnya akan meningkatkan kekebalan tubuh dan mempercepat pemulihan.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap 45 pasien dengan dikontrol oleh tim dokter. "Setelah 21 hari hanya mengonsumsi makanan sterilisasi itu, diketahui penurunan kadar albumin pasien lebih lambat. Juga nilai SGOT dan SGPT-nya baik," katanya.
Peningkatan status nutrisi pasien pada akhirnya akan meningkatkan kekebalan tubuh dan mempercepat pemulihan.
Sumber : healt
Editor : Ananda Donie
Animasi|Artikel|Unik dan Menarik|Auto Text BB|Blog Code|Blog Info|Blog Tool|Cerita Rakyat|Cinema|
Download|P Ramlee|Mutiara Bijak|HJ-Split|Pendidikan|PTC|Sejarah|SEO|Kesehatan|Tutorial|
Idul Adha|Update Via App|Widget|Cerpen|
© Copyright 2012 by Ananda Donie
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Accept criticism and suggestions from friends for the perfection of this Blog.
Hopefully this article useful,
Thank you :)