Ananda Donie | Bengkalis, Riau
anandadonie.blogspot.com - Mutasi gen berpotensi
timbulkan gangguan preeklamsia pada ibu hamil, di samping penyebab lain. Gangguan itu bisa berujung pada kematian. Untuk mencegah preemklasi, ibu hamil dianjurkan menambah asupan vitamin B6 hingga lima kali lipat dari kebutuhan normal.
Hal itu disampaikan Wawang Setiawan Sukarya saat mempertahankan disertasinya ”Peran Polimorfisme T833C/844INS68 Gen Cystathionine ß Synthase (CBS) terhadap Hiperhomosisteinemia Plasma pada Wanita Suku Deuteromelayu yang Hamil dan Melahirkan Disertai Preeklamsia Berat” di sidang terbuka promosi doktor pada Program Studi Ilmu Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Selasa (2/7), di Depok.
Preeklamsia ditandai dengan tingginya tekanan darah, kadar protein pada air seni, dan pembengkakan sejumlah bagian tubuh. Jika tak diatasi, gangguan itu bisa berubah menjadi eklamsia yang ditandai dengan kejang-kejang dan dapat mengakibatkan kematian.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, 24 persen dari kematian ibu di Indonesia disebabkan eklamsia. Adapun angka kejadian preeklamsia di Indonesia 3,4-8,6 persen dari jumlah ibu hamil.
Hingga saat ini, penyebab preeklamsia belum bisa dipastikan. Meski demikian, hampir semua ahli sepakat gangguan itu terkait dengan kejang pembuluh darah.
Dalam penelitiannya, Wawang menemukan hubungan antara mutasi gen Cystathionine ß Synthase (CBS) dan preeklamsia. Mutasi gen CBS menyebabkan peningkatan zat homosistein (asam amino yang mengandung sulfur) di dalam darah.
”Homosistein mengandung racun. Saat zat itu meningkat, endotel (sel-sel gepeng yang melapisi permukaan) pembuluh darah bisa mengalami kerusakan,” kata Wawang, dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran Indonesia.
Wawang menyatakan, penelitiannya hanya mencakup perempuan dari kelompok Deuteromelayu yang terdiri dari suku Jawa, Melayu, Minang, Aceh, Bali, Makassar, dan Manado. Dari 45 perempuan hamil dengan gangguan preeklamsia yang diteliti, hanya satu orang (2,22 persen) yang mengalami mutasi gen CBS.
Vitamin B
Selain mutasi gen CBS, penyebab hiperhomosistein adalah kekurangan kofaktor asam folat, vitamin B12, dan vitamin B6, serta mutasi gen metilentetrahidrofolat reduktase.
Untuk deteksi dini preeklamsia agar bisa dicegah perberatan penyakit, Wawang menyarankan agar perempuan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu melakukan pemeriksaan kadar homosistein dalam darah. ”Biaya pemeriksaan homosistein memang cukup mahal, sekitar Rp 400.000,” ujarnya.
Untuk mengurangi risiko preeklamsia, perempuan hamil disarankan mengonsumsi vitamin B6 dengan jumlah lima kali lipat dari kebutuhan normal, yakni 2,2 miligram per hari. Sumber vitamin B6 antara lain telur, bayam, wortel, daging, ikan, biji bunga matahari, dan biji gandum.
Selain itu, juga dianjurkan mengonsumsi lebih banyak vitamin B12 dan asam folat. Sumber vitamin B12 kerang-kerangan, ikan, kepiting, hati, daging sapi, kambing, keju, telur. Sumber asam folat kacang-kacangan, sayuran hijau, jagung, kentang, kedelai, tomat, avokad, jeruk.
Wawang dinyatakan lulus dengan yudisium sangat memuaskan dengan nilai 3,75.
Menurut Guru Besar FKM UI Bambang Sutrisna yang juga promotor Wawang, konsumsi vitamin B6 hingga lima kali lipat tidak berbahaya karena bisa keluar lewat air seni. Sebagai kopromotor ialah Firman F Wirakusumah dan Ratna Djuwita. (K02)
timbulkan gangguan preeklamsia pada ibu hamil, di samping penyebab lain. Gangguan itu bisa berujung pada kematian. Untuk mencegah preemklasi, ibu hamil dianjurkan menambah asupan vitamin B6 hingga lima kali lipat dari kebutuhan normal.
Hal itu disampaikan Wawang Setiawan Sukarya saat mempertahankan disertasinya ”Peran Polimorfisme T833C/844INS68 Gen Cystathionine ß Synthase (CBS) terhadap Hiperhomosisteinemia Plasma pada Wanita Suku Deuteromelayu yang Hamil dan Melahirkan Disertai Preeklamsia Berat” di sidang terbuka promosi doktor pada Program Studi Ilmu Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Selasa (2/7), di Depok.
Preeklamsia ditandai dengan tingginya tekanan darah, kadar protein pada air seni, dan pembengkakan sejumlah bagian tubuh. Jika tak diatasi, gangguan itu bisa berubah menjadi eklamsia yang ditandai dengan kejang-kejang dan dapat mengakibatkan kematian.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, 24 persen dari kematian ibu di Indonesia disebabkan eklamsia. Adapun angka kejadian preeklamsia di Indonesia 3,4-8,6 persen dari jumlah ibu hamil.
Hingga saat ini, penyebab preeklamsia belum bisa dipastikan. Meski demikian, hampir semua ahli sepakat gangguan itu terkait dengan kejang pembuluh darah.
Dalam penelitiannya, Wawang menemukan hubungan antara mutasi gen Cystathionine ß Synthase (CBS) dan preeklamsia. Mutasi gen CBS menyebabkan peningkatan zat homosistein (asam amino yang mengandung sulfur) di dalam darah.
”Homosistein mengandung racun. Saat zat itu meningkat, endotel (sel-sel gepeng yang melapisi permukaan) pembuluh darah bisa mengalami kerusakan,” kata Wawang, dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Divisi Pendidikan Konsil Kedokteran Indonesia.
Wawang menyatakan, penelitiannya hanya mencakup perempuan dari kelompok Deuteromelayu yang terdiri dari suku Jawa, Melayu, Minang, Aceh, Bali, Makassar, dan Manado. Dari 45 perempuan hamil dengan gangguan preeklamsia yang diteliti, hanya satu orang (2,22 persen) yang mengalami mutasi gen CBS.
Vitamin B
Selain mutasi gen CBS, penyebab hiperhomosistein adalah kekurangan kofaktor asam folat, vitamin B12, dan vitamin B6, serta mutasi gen metilentetrahidrofolat reduktase.
Untuk deteksi dini preeklamsia agar bisa dicegah perberatan penyakit, Wawang menyarankan agar perempuan dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu melakukan pemeriksaan kadar homosistein dalam darah. ”Biaya pemeriksaan homosistein memang cukup mahal, sekitar Rp 400.000,” ujarnya.
Untuk mengurangi risiko preeklamsia, perempuan hamil disarankan mengonsumsi vitamin B6 dengan jumlah lima kali lipat dari kebutuhan normal, yakni 2,2 miligram per hari. Sumber vitamin B6 antara lain telur, bayam, wortel, daging, ikan, biji bunga matahari, dan biji gandum.
Selain itu, juga dianjurkan mengonsumsi lebih banyak vitamin B12 dan asam folat. Sumber vitamin B12 kerang-kerangan, ikan, kepiting, hati, daging sapi, kambing, keju, telur. Sumber asam folat kacang-kacangan, sayuran hijau, jagung, kentang, kedelai, tomat, avokad, jeruk.
Wawang dinyatakan lulus dengan yudisium sangat memuaskan dengan nilai 3,75.
Menurut Guru Besar FKM UI Bambang Sutrisna yang juga promotor Wawang, konsumsi vitamin B6 hingga lima kali lipat tidak berbahaya karena bisa keluar lewat air seni. Sebagai kopromotor ialah Firman F Wirakusumah dan Ratna Djuwita. (K02)
Sumber : health.kompas
Editor : Ananda Donie
Animasi|Artikel|Unik dan Menarik|Auto Text BB|Blog Code|Blog Info|Blog Tool|Cerita Rakyat|Cinema|
Download|P Ramlee|Mutiara Bijak|HJ-Split|Pendidikan|PTC|Sejarah|SEO|Kesehatan|Tutorial|
Idul Adha|Update Via App|Widget|Cerpen|News
Download|P Ramlee|Mutiara Bijak|HJ-Split|Pendidikan|PTC|Sejarah|SEO|Kesehatan|Tutorial|
Idul Adha|Update Via App|Widget|Cerpen|News
Copyright © 2012 by Ananda Donie. All rights reserved
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Accept criticism and suggestions from friends for the perfection of this Blog.
Hopefully this article useful,
Thank you :)